Membaca berita yang ada di http://jpnn.com pada Jum'at 27 April 2012, pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Bukan hanya siswa-siswanya, tetapi pihak sekolahpun mengajari berlaku curang. Menghalalkan segala cara untuk memuluskan sebuah tujuan. Jika ini terus berlanjut, bagaimana dengan masa depan negara ini.
Sebagai seorang guru yang berada di pedesaan, dengan fasilitas dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk sebuah pendidikan; kami tetap berusaha menanamkan kejujuran kepada anak didik walaupun kadang mendapatkan hasil yang menyakitkan. Selalu menanamkan rasa percaya diri kepada kemampuan masing-masing pribadi siswa. Tapi melihat berita tentang kebcoran soal UN Mapel Matematika, yang justru didukung oleh pihak sekolah. Walaupun berita tersebut masih dalam proses penyidikan kebenarannya, jika itu benar jelas saya pribadi sangat kecewa dengan kinerja sekolah tersebut.
Berikut berita yang dikutip dari http://jpnn.com
JAKARTA - Kemendikbud bisa bersikukuh jika SMS kunci jawaban unas SMA/sederajat yang hanya berkode A, B, C, D, dan E tidak benar dan cenderung penipuan. Tetapi, mereka sulit mengelak dari temuan kunci jawaban unas SMP/sederajat matematika di kawasan Jabodetabek yang berkode komplit dan sama dengan kode lembar soal yang dipegang peserta ujian.
Kemendikbud langsung merespon dengan cepat temuan kunci jawaban yang didapat ICW (Indonesia Corruption Watch) itu. Jajaran BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Kemendikbud siap mengulang unas SMP untuk kawasan Jabodetabek jika keberadaan kunci jawaban tadi benar-benar akibat dari kebocoran soal ujian. "Jika bisa dipastikan, kita akan siapkan ujian ulangan," ujar anggota BSNP Teuku Ramli Zakaria di Jakarta kemarin (26/4).
Kunci jawaban unas SMP/sederajat matematika yang ditemukan ICW ini memang berbeda dengan temuan SMS kunci jawaban di unas SMA/sederajat. "Kunci jawaban ini kita temukan sehari sebelum ujian matematika digelar," kata Ketua Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri. Dia mengatakan foto kunci jawaban itu diambil pada 24 April sekitar pukul 18.00. Sedangkan sesuai jadwal, ujian matematika dijalankan pada 25 April.
Kunci jawaban matematika yang dipegang ICW itu terdiri dari lima paket. Yaitu paket A69, B71, C86, D45, dan E57. Kode atau seri paket jawaban ini persis dengan kode atau seri dalam lembar soal yang dikerjakan siswa.
Saat melihat fotokopian lembar soal unas matematika yang berketerangan Sangat Rahasia, Jawa Pos memang melihat kecocokan kode atau seri tersebut. Dari lembar soal yang dikumpulkan ICW tersebut, juga terdiri dari variasi kode atau seri A69, B71, C86, D45, dan E57. Sayangnya, ICW keberatan jika lembar soal unas SMP mata pelajaran (mapel) matematika itu dipotret.
Jika melihat kecocokan antara kode lembar soal dengan kode kunci jawaban yang sudah dipegang siswa tadi, memang dugaan kebocoran soal unas SMP mapel matematika di Jabodetabek sangat kuat. Dengan kode yang terdiri dari kombinasi dua angka setelah huruf tadi, cukup sulit bagi seseorang untuk mengarangnya. Namun lagi-lagi pihak Kemendikbud tidak mau gegabah memastikan kecocokan kode ini sebagai bentuk dari kebocoran soal ujian.
Dari investigasi ICW terungkap jika perjalanan kunci jawaban ini sampai ke tangan siswa dari pihak guru. Sementara pihak guru mendapatkannya dari petugas TU (tata usaha) atau kepala sekolah yang bersangkutan. Setelah diruntut, kedua pihak ini ada yang mendapatkan kunci jawaban dari oknum di subrayon.
Febri kemudian memiliki analisi lain yang memperkuat telah terjadi kebocoran soal ujian berdasarkan peredaran kunci jawab itu. Dia mengatakan, soal matematika terdiri dari 40 butir. Setelah dikerjakan oleh guru matematika yang kompenten, ternyata yang benar antara 30-35 butir. "Kalau dikarang, apakah tingkat kebenarannya sebesar itu," kata dia.
Dari pantauan di lapangan, peredaran kunci jawaban dalam unas SMP/sederajat digawangi oleh pihak sekolah sendiri. Ini terjadi karena kecenderungan siswa tingkat SMP/sederajat kesulitan menembus akses untuk mencari pemasok kunci jawaban. Selain itu, mereka jarang memiliki uang dalam jumlah besar.
Dia lantas mengaku pesemis dengan upaya penggalian kebenaran yang dijalankan Kemendikbud. Seperti yang sudah-sudah, Kemendikbud selalu menggunakan pengecekan jawaban yang salah, guna membuktikan apakah terjadi kebocoran soal atau sontek masal.
Upaya Kemendikbud dengan cara tersebut sepertinya sia-sia. Sebab, para siswa yang mendapatkan kunci jawaban itu sudah diberitahu untuk tidak seratus persen menggunakan jawaban yang sudah beredar. Jadi, siswa diminta untuk sengaja membedakan beberapa butir jawaban dengan kunci jawaban yang sudah dia pegang.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbud Haryono Umar tidak bisa berkomentar banyak terkait tudingan kebocoran berdasarkan kunci jawaban yang kodenya persis dengan lembar soal unas SMP mapel matematika ini. "Tunggu saja pengecekan tim kami di lapangan," kata dia.
Mantan pimpinan KPK itu mengatakan, tidak benar jika upaya pengecekan yang dilakukan jajaran Kemendikbud berjalan apa adanya. Apalagi terkesan menutupi pelanggaran unas. "Tetapi jika memang laporan pelanggaran itu tidak terbukti, apakah ya dipaksakan terbukti," katanya.
Buntut Dari Longgarnya Pengawasan
Bocornya kunci jawaban yang berkode sama dengan lembar soal unas SMP mapel matematika ini diduga kuat dari longgarnya pengawasan ujian jenjang SMP/sederajat. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menuturkan, kecil sekali kebocoran terjadi saat perjalanan naskah ujian dari percetakan ke subrayon. Subrayon adalah sebuah satuan pendidikan atau sekolah yang ditunjuk membawahkan beberapa sekolah lain dalam satu kawasan.
Sebaliknya kebocoran soal berpeluang terjadi ketika dalam masa penyimpanan soal di subrayon, hingga perjalanan soal dari subrayon ke sekolah pelaksana ujian. Seperti pernah diulas sebelumnya, saat disidak Mendikbud Mohammad Nuh, pengawasan penyimpanan lembar soal di SMPN 19 terkesan cukup longgar.
Di pintu penyimpanan soal hanya terdapat satu buah gembok. Gembok tersebut memang disegel dengan sejenis stiker. Tapi stiker terlihat cukup gampang dilepas ketika akan membagikan lembar soal ke sejumlah kepala sekolah. Selain itu, segel tadi tidak rusak dan tidak ada secuil bekas apapun ketika dikelupas oleh penjaga.
Retno mengatakan, durasi pengambilan soal oleh kepala sekolah juga sangat kepagian. Dia mengatakan, ada durasi antara 2-3 jam dari saat kepala sekolah mengambil lembar naskah soal dengan waktu dimulainya ujian. "Tanpa ada pengawalan dari pengawas independen (perguruan tinggi, red) peluang amplop naskah ujian dibuka cukup besar," katanya.
Apalagi, Retno menemukan jika segel amplop yang berisi naskah soal itu cukup kecil. Dia mengatakan, segel itu berupa stiker berbentuk bulat seukuran tutup botol air mineral. "Letaknya hanya ada di satu pojok bagian atas dan satu pojok bagian bawah," katanya. Stiker ini menurut Retno juga tidak berfungsi optimal mengamankan lembar soal. Sebab stiker tadi tidak rusak dan tidak merusak amplop ketika dilepas dengan pelan-pelan.
Retno berharap, jika memang ingin terus menjalankan unas, Kemendikbud harus benar-benar memperhatikan pengawasan. Pengawasan tidak boleh berbeda antara ujian jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat.
Ditutup Dengan 292 Pengaduan
Seperti pada unas SMA/sederajat, unas SMP/sederajat ditutup kemarin dengan ratusan laporan pengaduan. Data dari Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud menunjukkan pada periode 22-26 April ada 292 laporan pengaduan.
Rinciannya adalah, pengaduan isu kebocoran 40 laporan, kecuranan (153), jual beli soal (2), peredaran kunci jawaban (55). Selain itu juga ada 21 laporan pengaduan pungutan unas, sembilan pengaduan soal rusak, dan sebelas kekurangan naskah ujian.
Seperti biasa Kepala PIH Kemendikbud Ibnu Hamad menuturkan, laporan pengaduan yang bersifat pelanggaran unas masih bersifat isu. "Untuk itu masih perlu pengecekan di lapangan," kata dia.
PIH Kemendikbud tidak begitu saja menindaklanjuti seluruh laporan pengaduan hingga ke lapangan. PIH memilih laporan pengaduan yang memiliki keterangan tempat kejadian perkara dan bukti-bukti penunjang lainnya. "Untuk sementara, belum ada laporan pengaduan yang benar-benar membuktikan ada pelanggaran," katanya
Kemendikbud langsung merespon dengan cepat temuan kunci jawaban yang didapat ICW (Indonesia Corruption Watch) itu. Jajaran BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Kemendikbud siap mengulang unas SMP untuk kawasan Jabodetabek jika keberadaan kunci jawaban tadi benar-benar akibat dari kebocoran soal ujian. "Jika bisa dipastikan, kita akan siapkan ujian ulangan," ujar anggota BSNP Teuku Ramli Zakaria di Jakarta kemarin (26/4).
Kunci jawaban unas SMP/sederajat matematika yang ditemukan ICW ini memang berbeda dengan temuan SMS kunci jawaban di unas SMA/sederajat. "Kunci jawaban ini kita temukan sehari sebelum ujian matematika digelar," kata Ketua Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri. Dia mengatakan foto kunci jawaban itu diambil pada 24 April sekitar pukul 18.00. Sedangkan sesuai jadwal, ujian matematika dijalankan pada 25 April.
Kunci jawaban matematika yang dipegang ICW itu terdiri dari lima paket. Yaitu paket A69, B71, C86, D45, dan E57. Kode atau seri paket jawaban ini persis dengan kode atau seri dalam lembar soal yang dikerjakan siswa.
Saat melihat fotokopian lembar soal unas matematika yang berketerangan Sangat Rahasia, Jawa Pos memang melihat kecocokan kode atau seri tersebut. Dari lembar soal yang dikumpulkan ICW tersebut, juga terdiri dari variasi kode atau seri A69, B71, C86, D45, dan E57. Sayangnya, ICW keberatan jika lembar soal unas SMP mata pelajaran (mapel) matematika itu dipotret.
Jika melihat kecocokan antara kode lembar soal dengan kode kunci jawaban yang sudah dipegang siswa tadi, memang dugaan kebocoran soal unas SMP mapel matematika di Jabodetabek sangat kuat. Dengan kode yang terdiri dari kombinasi dua angka setelah huruf tadi, cukup sulit bagi seseorang untuk mengarangnya. Namun lagi-lagi pihak Kemendikbud tidak mau gegabah memastikan kecocokan kode ini sebagai bentuk dari kebocoran soal ujian.
Dari investigasi ICW terungkap jika perjalanan kunci jawaban ini sampai ke tangan siswa dari pihak guru. Sementara pihak guru mendapatkannya dari petugas TU (tata usaha) atau kepala sekolah yang bersangkutan. Setelah diruntut, kedua pihak ini ada yang mendapatkan kunci jawaban dari oknum di subrayon.
Febri kemudian memiliki analisi lain yang memperkuat telah terjadi kebocoran soal ujian berdasarkan peredaran kunci jawab itu. Dia mengatakan, soal matematika terdiri dari 40 butir. Setelah dikerjakan oleh guru matematika yang kompenten, ternyata yang benar antara 30-35 butir. "Kalau dikarang, apakah tingkat kebenarannya sebesar itu," kata dia.
Dari pantauan di lapangan, peredaran kunci jawaban dalam unas SMP/sederajat digawangi oleh pihak sekolah sendiri. Ini terjadi karena kecenderungan siswa tingkat SMP/sederajat kesulitan menembus akses untuk mencari pemasok kunci jawaban. Selain itu, mereka jarang memiliki uang dalam jumlah besar.
Dia lantas mengaku pesemis dengan upaya penggalian kebenaran yang dijalankan Kemendikbud. Seperti yang sudah-sudah, Kemendikbud selalu menggunakan pengecekan jawaban yang salah, guna membuktikan apakah terjadi kebocoran soal atau sontek masal.
Upaya Kemendikbud dengan cara tersebut sepertinya sia-sia. Sebab, para siswa yang mendapatkan kunci jawaban itu sudah diberitahu untuk tidak seratus persen menggunakan jawaban yang sudah beredar. Jadi, siswa diminta untuk sengaja membedakan beberapa butir jawaban dengan kunci jawaban yang sudah dia pegang.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbud Haryono Umar tidak bisa berkomentar banyak terkait tudingan kebocoran berdasarkan kunci jawaban yang kodenya persis dengan lembar soal unas SMP mapel matematika ini. "Tunggu saja pengecekan tim kami di lapangan," kata dia.
Mantan pimpinan KPK itu mengatakan, tidak benar jika upaya pengecekan yang dilakukan jajaran Kemendikbud berjalan apa adanya. Apalagi terkesan menutupi pelanggaran unas. "Tetapi jika memang laporan pelanggaran itu tidak terbukti, apakah ya dipaksakan terbukti," katanya.
Buntut Dari Longgarnya Pengawasan
Bocornya kunci jawaban yang berkode sama dengan lembar soal unas SMP mapel matematika ini diduga kuat dari longgarnya pengawasan ujian jenjang SMP/sederajat. Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menuturkan, kecil sekali kebocoran terjadi saat perjalanan naskah ujian dari percetakan ke subrayon. Subrayon adalah sebuah satuan pendidikan atau sekolah yang ditunjuk membawahkan beberapa sekolah lain dalam satu kawasan.
Sebaliknya kebocoran soal berpeluang terjadi ketika dalam masa penyimpanan soal di subrayon, hingga perjalanan soal dari subrayon ke sekolah pelaksana ujian. Seperti pernah diulas sebelumnya, saat disidak Mendikbud Mohammad Nuh, pengawasan penyimpanan lembar soal di SMPN 19 terkesan cukup longgar.
Di pintu penyimpanan soal hanya terdapat satu buah gembok. Gembok tersebut memang disegel dengan sejenis stiker. Tapi stiker terlihat cukup gampang dilepas ketika akan membagikan lembar soal ke sejumlah kepala sekolah. Selain itu, segel tadi tidak rusak dan tidak ada secuil bekas apapun ketika dikelupas oleh penjaga.
Retno mengatakan, durasi pengambilan soal oleh kepala sekolah juga sangat kepagian. Dia mengatakan, ada durasi antara 2-3 jam dari saat kepala sekolah mengambil lembar naskah soal dengan waktu dimulainya ujian. "Tanpa ada pengawalan dari pengawas independen (perguruan tinggi, red) peluang amplop naskah ujian dibuka cukup besar," katanya.
Apalagi, Retno menemukan jika segel amplop yang berisi naskah soal itu cukup kecil. Dia mengatakan, segel itu berupa stiker berbentuk bulat seukuran tutup botol air mineral. "Letaknya hanya ada di satu pojok bagian atas dan satu pojok bagian bawah," katanya. Stiker ini menurut Retno juga tidak berfungsi optimal mengamankan lembar soal. Sebab stiker tadi tidak rusak dan tidak merusak amplop ketika dilepas dengan pelan-pelan.
Retno berharap, jika memang ingin terus menjalankan unas, Kemendikbud harus benar-benar memperhatikan pengawasan. Pengawasan tidak boleh berbeda antara ujian jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat.
Ditutup Dengan 292 Pengaduan
Seperti pada unas SMA/sederajat, unas SMP/sederajat ditutup kemarin dengan ratusan laporan pengaduan. Data dari Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud menunjukkan pada periode 22-26 April ada 292 laporan pengaduan.
Rinciannya adalah, pengaduan isu kebocoran 40 laporan, kecuranan (153), jual beli soal (2), peredaran kunci jawaban (55). Selain itu juga ada 21 laporan pengaduan pungutan unas, sembilan pengaduan soal rusak, dan sebelas kekurangan naskah ujian.
Seperti biasa Kepala PIH Kemendikbud Ibnu Hamad menuturkan, laporan pengaduan yang bersifat pelanggaran unas masih bersifat isu. "Untuk itu masih perlu pengecekan di lapangan," kata dia.
PIH Kemendikbud tidak begitu saja menindaklanjuti seluruh laporan pengaduan hingga ke lapangan. PIH memilih laporan pengaduan yang memiliki keterangan tempat kejadian perkara dan bukti-bukti penunjang lainnya. "Untuk sementara, belum ada laporan pengaduan yang benar-benar membuktikan ada pelanggaran," katanya
0 komentar:
Posting Komentar
Jika tidak mempunyai account,
pada comment as silahkan pilih Anonymous
Mohon dengan bahasa yang sopan.
Terima Kasih.